Feeds:
Pos
Komentar

Kembali Menulis Bait Pertama

Bait pertama

Aku hanya ingin kembali berceloteh. Tentang apa saja disini. Sendiri atau denganmu. Darimana asalmu aku tak terlalu peduli sekarang. Mungkin kita terlahir bersama. Yang kutahu, dalam kondisi apapun..kau selalu ada.. untuk tempatku bertanya. Saat melihat sisi kesederhanaanmu lamat-lamat aku seperti sedang berada di depan kaca. Memandangi wajahku sendiri. Lanjut Baca »

Memasuki Duniamu

MisteriAwalnya aku belum tahu darimana aku akan mulai mengenalmu. Ada ruang-ruang tertutup dimana banyak dari bahasamu yang tak mudah ku mengerti. Akhirnya kucoba semua pintu untuk menemukan duniamu. Beberapa pintu berderit dan mungkin sedikit memekakan telingaku. Tapi entahlah. Sedikit demi sedikit aku bisa menengok bagaimana kau habiskan hari, siapa saja teman-temanmu dan prinsip apa saja yang kau pegang. Tapi itu masih sangat sedikit. Ya sangat sedikit. Belum bisa menggambarkan kau yang seutuhnya. Lanjut Baca »

Kabari aku akan sebuah berita datangnya jiwa yang hangat seperti sinar mentari pagi. Sepertinya aku sudah mulai lupa akan aroma tubuhnya karena sudah lama ia menghilang dibawa angin. Katakan kepadanya,  Aku disini duduk menunggu bersama bisikan-bisikan tak menentu dengan secangkir kopi susu yang sudah dingin. Lanjut Baca »

Chemistry

chemistryAku terkadang mencuri-curi untuk melihat apa yang ada di dalam setiap bola mata sesosok makhluk bernama wanita. Menemukan warna yang ada di dalam dirinya. Dan aku selalu bertanya dalam duniaku, apakah warnaku sesuai dengannya. Jikapun berbeda apakah bisa nantinya menjadi kombinasi yang unik layaknya pelangi? Anehnya takdir selalu memutus semuanya ketika jawabannya hampir ku temukan. Membuatku harus menunduk sebentar, untuk memungut dan kembali menyatukan kepingan hati. Lanjut Baca »

Sebuah Awalan

Dalam ketenangan nafasmu, aku tahu ada banyak hal yang kau alami hari ini. Jika kau sudi… berbagilah denganku. Kau boleh bercerita tentang aku dan pemikiranku disini. Apapun…yang kau lihat, kau rasa, dan kau dengar. Sebab diantara takdir-Nya yang indah, ada kau dan aku diantaranya. Anggap saja ini rumahmu. Biarkan semuanya mengalir melalui jari jemarimu yang menekan keyboard dengan leluasa. Menulis itu seharusnya semudah bernafas dan seikhlas buang hajat, kata temanku. Tak perlu takut untuk menunjukkan sudut pandangmu dalam melihat sebuah peristiwa. Yang terpenting itu sudut pandang sejujurnya yang kau miliki saat ini. Lanjut Baca »